Langsung ke konten utama

Man saara ala darbi washala

I think, pelajaran-pelajaran dari masa lalu adalah bentuk karakter kita sekarang. Contohnya untuk soal meraih impian.
Sewaktu SMP, aku mulai tertarik untuk mengikuti beberapa kegiatan. Alhamdulillah orangtua mengijinkan. Akhirnya aku mulai masuk ke ekstrakurikuler basket dan OSIS pada waktu itu. Kenapa basket? Jujur aku merasa ingin seperti Kakak yang sebelumnya juga masuk ke ekskul yang sama saat SMP. Yang selanjutnya jika benar aku bisa masuk, aku ingin lebih dari Kakak aku. Lalu kenapa OSIS? Entahlah. Awal masuk SMP dulu aku ingin merasakan bagaimana jadi organisator, meng-handle ­kegiatan-kegiatan mengasyikan di sekolah, banyak teman dan sebagainya. Jadi, ya, aku coba saja ikut seleksinya dan Alhamdulillah masuk.
Nah, dari dua senjata awalan yang aku punya di SMP itulah mulai muncul keinginan-keinginan lain yang sampai detik ini pun masih terus saja mengucur deras tiada ampun minta dipenuhi. Yah, mimpi. Aku mulai mengada-adakan khayalan untuk ini dan itu di bidang basket. Jujur, saat aku di SMP tidak terlalu istimewa permainannya. Sampai saat sekitar tahun 2008 tim kami berhasil lolos ke final POPDA Kabupaten melawan rival bebuyutan tapi akhirnya jadi runner-up..
Pelatih mendapat kabar bahwa POPDA untuk tingkat Karesidenan Banyumas boleh mengambil pemain di luar sekolah yang menjuarai POPDA di Kabupaten tersebut. Singkat cerita, terjadilah seleksi ‘tersirat’ antar pelatih dan guru olahragaku saat itu. Suatu hari, namaku tersebutkan untuk ikut—ceritanya technical meeting gitu—di SMP yang juara POPDA itu. Merasa mendekati tujuan, aku semangat bukan main. Eh, tapinya sampai disana, namaku tergantikan oleh nama lain. Sedih, pasti. Apalagi nama lain itu aku tau bagaimana track recordnya. Sempat mengumpat dalam hati. Kalau saat itu sudah ada twitter, mungkin timelineku akan penuh dengan penyampahan yang kekanak-kanakan. Tapi ya sudahlah. Aku mencoba legowo ketika pelatih akhirnya mengutarakan permohonan maaf kepadaku secara langsung. Masih dengan harapan semoga di lain waktu masih ada kesempatan.
Tak disangka ketika perjalanan waktu teman-teman basket mempersiapkan pertandingannya, aku bersama ketiga teman OSIS diajak kepala sekolah kami untuk menjadi narasumber di sebuah radio di Banjarnegara. Radio! Ini juga favorit aku. Berangkatlah kami berempat bersama guru Bahasa Indoensia dan bapak kepala sekolah ke studio untuk ikut siaran on air di radio. Asyik. Untuk ini, aku rasa mimpiku yang tertunda untuk ikut tanding di POPDA Karesidenan waktu itu sekarang dapat hikmahnya. Sambil terus sabar, berdoa dan berusaha untuk terus fokus ke jalan meraih yang sempat tertunda.
Awal 2009. Aku ingat betul itu masa-masa genting akhir tahunku di SMP. Tapi adrenalin mana sih yang bisa nolak ajakan untuk ikut POPDA lagi? Berbekal ijin Bapak yang sedikit pakai ancaman untuk tidak berakibat menurunkan nilaiku nanti, akhirnya aku ikut POPDA tahun 2009. Subhanallahnya adalah, tim kami mulus melompat sampai tingkat Provinsi Jateng! Alhamdulillah.
Di SMA pun seperti merasa dejavu. Ketika teman-teman didaulat untuk ikut turnamen Dulongmas bahkan Porprov, ada sedikit rasa sesal dalam hati; kenapa aku didiamkan? Kenapa aku tidak dimintai persyaratan? Saat itu aku tau aku belum mendapatkan kesempatan (lagi) dulu.
Sesabar aku bisa dan sepatuh pada jalan yang aku tempuh. Alhamdulillah tim kami berhasil menembus POPDA tingkat Provinsi lagi tahun 2011. Aku sedikit merasa terobati dengan ini atas hal turnamen besar yang sebelumnya tidak ikut membawa nama serta ragaku disana.
Menginjak bangku kuliah, aku masih bertekad untuk terus pegang bola. Latihan sendiri dan ikut UKM demi tetap membiasakan meski berbeda suasana pun aku lakoni. Pertengahan tahun 2012 sempat ikut seleksi tim Porprov 2013. Karena kabarnya untuk kelahiran 1994 masih dibolehkan ikut, aku ditawari. Alhamdulillah lolos tim. Begitu sibuk kuliah dan jauh dari Banjarnegara, aku seperti lepas dari pelatihan. Tapi lagi-lagi—aku rasa—karena tekad, usaha dan doa itulah jalan lurusnya ada. Manajer dari Perbasi suatu malam meneleponku. Menanyakan apakah aku siap untuk Porprovnya. Senang bukan main, aku dengan tegas mengatakan siap. Sampai siap meluangkan waktu sebelum kuliah untuk terus jogging tiap pagi atas permintaan pelatih, rela pulang hampir tiap weekend untuk latihan bersama tim, terakhir rela meninggalkan kuliah lebih dari dua minggu lamanya. Walau finishing tim kami hanya mendapat peringkat 6 di Porprov Jawa Tengah tahun 2013 ini, setidaknya dari sini banyak pengalaman dan pelajaran yang dipetik.
Adalah ‘man saara ala darbi washala’. Siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan. Because that, in my humble opinion, seringnya memang fokuslah yang kita butuhkan untuk menuju pada tujuan yang diidamkan. Kalau yakin lurus, ya jangan belok.

-regards-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Mahasiswa Sehat dari Masyarakat

Mahasiswa bukan hanya kata ‘maha’ di depan kata ‘siswa’. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan rakyat biasa, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Karena kedudukannya, mahasiswa sendiri menjadi memiliki banyak peran dalam kehidupan bermasyarakat, tidak terlepas dari bidang mereka masing-masing.

Navigasi

Senin yang ceritanya long weekend kemarin, aku dan bapake bertandang ke suatu tempat untuk tujuan tertentu. Ceritanya dapet kontak orang yang mau dituju di instagram nih. Yaudah aku hubungi lah dia. Setelah menceritakan maksud dan tujuan aku ingin berkunjung, si mbak yang menerima respon kontak memberikan infomasi arah ke alamat tujuan. Ceritanya di bio instagram dia udah ada info lokasi. Tapi cuma nama kecamatannya doang. Kutanya, sebelah mananya ya mba? Beliau bilang, "kalau dari arah kota perempatan pasar belok kiri, mba. nanti ketemu pertigaan, belok kiri lagi. Lurus aja terus nanti mentok nah itu rumahnya pas mentok jalan. Namanya mas ini" Oke, kita ikuti..

Ngeluh sama kerjaan?

Saat itu di suatu pagi dimana aku dapet panggilan wawancara di salah satu kantor cabang BUMN di kota perantauan waktu kuliah, banyak hal yang aku yakini itu skenario epic dari Allah terjadi. Jadwal wawancara jam 10 pagi. Karena waktu tempuh yang lumayan, aku berangkat dari rumah jam 7.30. Jelas sesampai di kota tujuan waktu untuk tiba di kantor masih longgar sekali. Setelah menyelesaikan urusan kekurangan pritilan berkas yang harus dibawa, aku mampir ke satu masjid favorit jaman kuliah. Masih jam 9 kurang sekian menit ketika setelah mengambil air wudhu aku masuk ke pintu jamaah putri. Ada sekitar 3 orang perempuan di dalam. Salah satunya ada di dekat tempatku sholat, sedang melantunkan ayat suci. Ketika selesai ritual dhuha, aku mundur menyenderkan bahu ke tembok belakang. Sambil membenarkan posisi kerudung, mbak-mbak yang baru saja selesai ngaji itu menyapaku, "Kerja dimana mba?".