Langsung ke konten utama

Postingan

Mendikte Takdir

Suatu hari, suami (yang waktu itu masih jadi calon suami) pernah bilang kalau ia punya cita-cita untuk tidak mau pensiun di dunia perbankan. Hal ini jadi bahan diskusi kami sebelum menikah. Dan aku menyetujuinya saja, tanpa embel-embel kekhawatiran. Meskipun dia sedikit kaget kenapa aku nggakpapa. Kayak "beneran nih cewek mau diajak susah setelah bisa dikasih nafkah lebih dari cukup?" Hahaha. Setelah menikah, dengan kondisi kami berdua sama-sama bekerja, semua berjalan biasa saja. Sampai aku hamil, melahirkan, dan berputar menjadi ibu rumah tangga. Keluarga kami mengalami transisi pertama. Punya anak, dan hanya punya aliran pemasukan dana dari suami saja. Alhamdulillah, Allah sangat sayang dengan keluarga kami. Sungguh tak kurang sedikitpun rejeki yang kami terima. Hanya, ritmenya saja yang berbeda. Yaaa gimana ya dari aku yang tiap pagi ribet di dapur dan depan kaca buat siapin sarapan suami pun siap-siap ke kantor, terus berubah ke ngurus ompol bayi, begadang setiap malam,
Postingan terbaru

Kapan aku baca buku lagi?

Rasanya semakin kesini semakin jarang baca buku terlebih menulis, ketika sekalinya buka blog trus jadi susaaaah banget menuangkan tulisan. Apalagi kalau lagi pegang blog puskesmas. Doh! Bahasaku kayak anak SMP lagi dikasih tugas bikin artikel :( Rasanya pengen mulai lagi, belajar lagi, kebiasaan baca lagi.. tapi belum-belum udah habis waktunya buat hal primer lain. Menjadi ibu bekerja itu bener-bener jadi ibu bekerja. Tau nggak? Setelah 9-5 (walaupun kenyataan ya 8-3 aja sih) sampe rumah masih kerja lagi. It means ngurus anak, ngurus suami, ngurus rumah. Meskipun ada ART yang datang pagi pulang sore tapi pasti ada aja yakan yang dikerjain. But it's really fun for me. Kecuali setelah itu pasti ada rasa bersalah kalau melewatkan me time. Kalau di kantor gini belum baca materi yang mau buat penyuluhan merasa berdosa deh. Soalnya lama ngga kerja, ngga ada ilmu baru yang terserap. Apalagi pandemi bener-bener bikin semuanya baru. Jadi yang ada jiwa pemikir ini kebanyakan duduk di depan l

comeback.

 Setelah setahun menjadi ibu setelah setahun menjadi ibu rumah tangga setelah setahun menjadi sahabat anak di rumah setelah setahun penuh bergantung pada suami setelah setahun, kesempatan ada, ridho keluarga ada, dan anak bisa menerima. Aku kembali mencoba bekerja, di instansi yang sama beda lokasi. Welcome Puskesmas Sigaluh 2. Be nice please!

Unconditional love, live, laugh.

Ternyata jadi full mom for my baby N dan full wifey buat mas suami adalah jalan ninjaku. Dulu waktu masih ngantor dan lagi ngadepin banyak program yang bikin stress akut, pernah (bahkan rada sering, deng ) terbersit pikiran "Ya Allah jadi ibu rumah tangga aja ngurus rumah suami anak beres kayaknya enak ya" hahaha padahal kan ya semuanya wang sinawang. Pas gajian atau dapet jasa pelayanan ya memilih untuk mengubur cita-cita yang barusan terlontar. But Allah hear it, continues. So hello with me-in-either-now! Lepas tugas beneran dari kantor :) Terhitung sejak awal tahun 2020 ini aku resmi jadi ibu rumah tangga. Melahirkan dara cantik nan ginuk-ginuk, sempat tinggal bersama mertua dengan new born dan kelemahanku, lalu kembali hidup bertiga di kontrakan di kota dimana aku dan suami bersatu. Ohya, dan tambahan pandemi corona ini yang menjadi huru hara tokoh drama dalam kehidupan kami. Ya kehidupan kita semua sih.  Ada rasa haru yang mendalam karena saking bahagianya bisa merasakan

Tentang pilihan.

Prolog tentang basket sepertinya akan sama di setiap tulisan. Yang pasti adalah moodboster, kesenangan, penurun kolesterol. Hingga segala tentangnya, bisa mengalahkan prioritas yang lain. Selebay ini, gilak. Padahal aku ngga jago. Main aja udah. Kalau jago mah udah ditarik sama sahabat semarang. Hahaha.

Ditinggal.

Selama kurun waktu dua minggu terakhir udah dua kali dapat kabar temen ditinggal ibunya meninggal. Kedua temenku ini perempuan, satu generasi, dan sama-sama belum menikah. Ibunya meninggal karena sakit, tapi tetap saja terkesan mendadak. Tidak ada yang tidak jatuh sejatuh-jatuhnya ketika pintu surganya diambil Sang Kuasa. Apalagi, entah mengapa, selalu ada cerita lain dibalik jawaban pertanyaan kronologis ajal menjemput ibu mereka.

Depresi.

Setelah nonton video Gita pas baru-barunya berita artis Korea bunuh diri itu, setelah pagi tadi ikut perawat puskesmas kunjungan rumah ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa), dan setelah suatu hari bersama perawat yang sama disodorin kertas blangko "tes kejiwaan"...aku ingin sangat ingin menuliskannya.