Langsung ke konten utama

Assalammu’alaikum, 2015.

Liburan semester ganjil yang diisi dengan latihan basket persiapan Solo Medical Cup 2014, awal periode menjadi Kepala Divisi POKJA ISMKMI untuk BEM KBMKM Unsoed, terpilih menjadi staff Direktorat Jaringan Komunikasi Nasional ISMKMI, Praktik Kunjungan Lapangan yang luar biasa menyenangkan, IP/IPK naik, medali emas Sudiman Cup 2014, punya keponakan cowok yang lucu dan nggemesinnya nggak ketulungan, naik gunung Prau berdelapan belas bareng Getarpala, semester 4-5 yang luar biasa melelahkan tapi mengasyikkan, tugas agung menjadi tuan rumah Rakornas ISMKMI 2014 dan PO Beskem 7th Anniversary di bulan yang sama, PBL!!, lengser di semua kepengurusan organisasi kampus, pemutaran film bareng Godong Gedang di #MariMenonton Pesta Film Banjarnegara, dan, kamu, ah, masih banyak lagi sampai-sampai nggak cukup untuk dideskripsikan disini. Terima kasih!


Banyak orang mereview tentang apa yang mereka alami di 2014. Mungkin itu terlalu umum, jadi saya ingin berbagi apa yang ingin saya ‘lihat’ di 2015. Resolusikah? Entahlah apa itu bisa disebut, kalian bebas menyebutkannya dalam versi masing-masing. Saya sendiri cenderung tidak terlalu suka jika ini disebut resolusi, karena menurut saya kata tersebut terdengar begitu angkuh untuk sebuah pencapaian selama sisa 364 hari ke depan.  Kalau boleh, saya lebih suka menyebutnya sebagai keinginan. Ya, keinginan. Sesederhana jika saya sering bercerita pada teman sebaya atau adik saya dan mengatakan “Mbak pingin gini lho..gitu lho..”

Januari ini akan diawali dengan latihan basket dan UAS. Tanpa menampik kemunafikan diri sendiri, karena masih dalam masa hati berkabung, UAS kali ini saya ingin maksimal dengan mengejar ketertinggalan ketidakpahaman materi semester 5 yang bisa dibilang semester-bikin-nyerah-dan-ingin-nikah-aja. Hahaha. Setelah UAS selesai, masih dengan latihan basket untuk persiapan Solo Medical Cup 2015. Hah iya kok saya bisa masih ikut? Haha iya, ya. Kebetulan sekali masih diajak teman-teman kedokteran untuk gabung tim mereka. Semoga berkah. Selain itu jadwal liburan semester ganjil saya sudah dibooking Bapak untuk latihan nyetir demi menyenangkan beliau dan masa yang akan datang. Yak, beginilah oh dunia ini. Sisanya?

Sisanya saya ingin kuliah. Lho, selama ini nggak kuliah, mbak?

Bukan, bukan begitu. Selama ini saya kuliah selayaknya mahasiswa lain, yang kuliah sambil nguli. Haha. Bukan juga. Itu terlalu sarkas. Okay, saya ubah. Selama ini saya kuliah dengan predikat kura-kura. Pasti yang sudah mahasiswa dan pernah jadi mahasiswa tau soal ini.

Entah bagaimana nanti di depan, yang pasti saya sangat ingin kuliah. Yang berarti disini adalah kuliah yang fokus, pergi ke perpustakaan setelah mendapat tugas dari dosen, mengikuti praktikum dengan lebih aktif, berangkat ke kampus dan pulang ke kos tepat waktu, meluangkan waktu untuk istirahat dan tidur cukup, tiap pagi nyuci baju dan angkat jemuran di tiap sorenya, mencicipi kafe baru di akhir pekan, dan bisa pulang ke rumah sebulan dua kali. Kelihatan menyenangkan dan menyehatkan, bukan?

Bukan.

Saya cenderung orang yang susah diam. Dalam diam pun saya bergerak. Entah itu mata, jari, atau bahkan hati. Eh. Alasan inilah yang menjadi pertanyaan untuk diri sendiri, apakah bisa hanya begitu saja selama semester depan?

Tidak.

Saya ingin cari ‘hiburan’ lain. Kali ini di luar kampus. Saya rasa cukup untuk mengacak-acak isi kampus di periode kemarin. Sekarang saya ingin lihat dunia luar. Bagaimana menjadi bagian dari mereka, dan terjun langsung pada apa yang mereka geluti. Untuk ini saya belum ingin menyebutkan hal apa yang akan saya sambangi.

Saya ingin. dan saya akan jalan untuk itu. Semua. Doakan saya tidak ringkih dan sakit-sakitan lagi, terus. Kasihan ibu saya yang selalu jadi ngotot minta saya pulang setiap kali saya bilang perut kanan serasa menusuk. Jika keinginan saya di atas terwujud, saya yakin cairan yang masuk tubuh akan lebih banyak, tamu bulanan datang teratur, makanan yang masuk lebih terseleksi, dan, hati, ehem, juga bisa terobati.

So,

Assalammu’alaikum, 2015. Terima kasih, Ya Allah.
Saya juga ingin tahun ganjil kali ini menggenapkan yang mengganjal di yang lalu dan jauh.
Semoga berkah dan membahagiakan.

Terima kasih untuk yang lalu dan jauh.

01/01/2015 – 21.01

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Mahasiswa Sehat dari Masyarakat

Mahasiswa bukan hanya kata ‘maha’ di depan kata ‘siswa’. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan rakyat biasa, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Karena kedudukannya, mahasiswa sendiri menjadi memiliki banyak peran dalam kehidupan bermasyarakat, tidak terlepas dari bidang mereka masing-masing.

Navigasi

Senin yang ceritanya long weekend kemarin, aku dan bapake bertandang ke suatu tempat untuk tujuan tertentu. Ceritanya dapet kontak orang yang mau dituju di instagram nih. Yaudah aku hubungi lah dia. Setelah menceritakan maksud dan tujuan aku ingin berkunjung, si mbak yang menerima respon kontak memberikan infomasi arah ke alamat tujuan. Ceritanya di bio instagram dia udah ada info lokasi. Tapi cuma nama kecamatannya doang. Kutanya, sebelah mananya ya mba? Beliau bilang, "kalau dari arah kota perempatan pasar belok kiri, mba. nanti ketemu pertigaan, belok kiri lagi. Lurus aja terus nanti mentok nah itu rumahnya pas mentok jalan. Namanya mas ini" Oke, kita ikuti..

Ngeluh sama kerjaan?

Saat itu di suatu pagi dimana aku dapet panggilan wawancara di salah satu kantor cabang BUMN di kota perantauan waktu kuliah, banyak hal yang aku yakini itu skenario epic dari Allah terjadi. Jadwal wawancara jam 10 pagi. Karena waktu tempuh yang lumayan, aku berangkat dari rumah jam 7.30. Jelas sesampai di kota tujuan waktu untuk tiba di kantor masih longgar sekali. Setelah menyelesaikan urusan kekurangan pritilan berkas yang harus dibawa, aku mampir ke satu masjid favorit jaman kuliah. Masih jam 9 kurang sekian menit ketika setelah mengambil air wudhu aku masuk ke pintu jamaah putri. Ada sekitar 3 orang perempuan di dalam. Salah satunya ada di dekat tempatku sholat, sedang melantunkan ayat suci. Ketika selesai ritual dhuha, aku mundur menyenderkan bahu ke tembok belakang. Sambil membenarkan posisi kerudung, mbak-mbak yang baru saja selesai ngaji itu menyapaku, "Kerja dimana mba?".