Langsung ke konten utama

Silaturahmi

Seminggu yang lalu dapet undangan (ajakan doang sih lebih tepatnya hehehe) untuk dateng ke acara Kemah Bakti ISMKMI Daerah Jawa Tengah. Kebetulan tahun ini kampus sendiri yang jadi tuan rumah. Wah ngene iki! Kebetulan juga lagi kangeeen banget sama (mantan) kota perantauan. Selain berniat memenuhi undangan, eh, ajakan, niat lain adalah melepas rindu dengan menyinggahi beberapa hal yang membekas dan harus didatangi. Aslinya ya maksudnya main-main. Hahaha. Pun pas lagi bisa ijin kerja. Padahal sih ijin karena masih abis sakit :(

Karena begitu excited-nya, sehari sebelumnya aku sampai bikin daftar agenda tujuan, to-do-list, dan siapa saja yang mau di-silaturahmi-in. Dari tujuan utama jengukin adek-adek POKJA ISMKMI yang emesh sampai jengukin ibu kos paling baik sedunia. Dari hutang mengembalikan novel seorang teman dari kapan tau sampai kepengen ngejabanin mall baru. Hahaha. Jadilah kubertandang ke mantan kota perantauan tersayang Sabtu pagi menjelang siang.

Sebenarnya banyak yang pengen banget dijabanin. Nyoba main ke kantor salah satu teman yang buka usaha media digital, jalan-jalan sama ketua geng jaman kuliah, ketemu anak-anak dan ikut latihan basket fakultas, sampai nemuin temen-temen KKN. Kalau dipikir-pikir kok rakus juga ya. Cuma berkunjung dua hari nggak genap, kepengenannya banyak. Hehehe. Emang sih, ya, kalau dirunut terus nggak akan ada habisnya. Jadi yang terjadi terjadilah. Semua rencana gagal total.

Eh, nggak total ding. Gagal doang, beberapa.

Gagal ketemu full team anak KKN, gagal main-main, gagal main basket, gagal nggak jadi ikut kumpul komunitas blogger, gagal melupakanmu. Eh. Lah. Bukan, bukan itu. Emang bener, serindu-rindunya kita sama suatu hal tidak selamanya bisa dipaksakan sembuh. Lah kan. Terus aja jadi tjurhat. Tapi ya gitu, pada akhirnya yang direncanakan tidak selalu menjadi kenyataan. Terimakasih Tuhan, Kau lagi-lagi menyadarkan aku (lagi).

Bersyukur bisa ketemu ibu kos nan baik hati berikut beberapa adek-adek kosan. Bisa bayar utang mulangin novel yang satu dengan ngerampok novel lain. Bisa ke sate padang favorit. Dan nyobain mall baru tapi nggak beli apa-apa. Hahaha.

Alhamdulillah memenuhi panggilan hati untuk ikut disambut teman-teman delegasi Kemah Bakti. Ketemu adek-adek POKJA lagi. Nggak kerasa gini-gini udah dipanggil demisioner. Padahal ngerasanya masih mahasiswa aja. Berasa tua banget waktu diseruduk obrolan ini itu selama perjalanan dari kampus ke lokasi kemah di dalam bus kampus. Tipikal pertanyaan soal kuliah, organisasi, kesenioritasan, kerjaan, sampai nikah. Hahaha. Tapi tetep yang paling ngangenin dari kegiatan seperti ini adalah obrolannya. Dari yang serius banget sampai nanti lama-lama jadi cuma receh-receh nggak jelas. Beruntung pernah dan masih diterima untuk berada dalam lingkaran teman-teman seperti ini. Walaupun kuakui tidak seaktif mereka yang lebih sering keliling Indonesia daripada aku. Tapi selalu ada saja ilmu yang bertambah, pelajaran dari pengalaman orang lain yang bertambah, dan yang pasti pahala dari silaturahmi dengan orang-orang seperti mereka bertambah.

Selama dua hari memang tidak banyak yang bisa aku lakukan. Apalagi yang sudah direncanakan tidak semua terealisasi. Karena awalnya aku sempat ragu untuk menempuh perjalanan kesana lagi. Alasannya wah gangguin yang pada sibuk kegiatan nggak yah? worth it nggak yah?. Padahal kan niatnya silaturahmi. Setidaknya aku belajar, tidak ada niat silaturahmi yang tidak diberkahi. Dari mengunjungi saudara kau akan bisa menambah saudara.

Dan, (ternyata) silaturahmi juga bisa jadi obat sakitmu.

Kalau belum berkesempatan bertemu, mungkin Allah masih punya rencana lain, tapi bukan sekarang. Jadi, sampai bertemu di lain kesempatan, semoga Allah berkenan. Amiin...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Mahasiswa Sehat dari Masyarakat

Mahasiswa bukan hanya kata ‘maha’ di depan kata ‘siswa’. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan rakyat biasa, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Karena kedudukannya, mahasiswa sendiri menjadi memiliki banyak peran dalam kehidupan bermasyarakat, tidak terlepas dari bidang mereka masing-masing.

Navigasi

Senin yang ceritanya long weekend kemarin, aku dan bapake bertandang ke suatu tempat untuk tujuan tertentu. Ceritanya dapet kontak orang yang mau dituju di instagram nih. Yaudah aku hubungi lah dia. Setelah menceritakan maksud dan tujuan aku ingin berkunjung, si mbak yang menerima respon kontak memberikan infomasi arah ke alamat tujuan. Ceritanya di bio instagram dia udah ada info lokasi. Tapi cuma nama kecamatannya doang. Kutanya, sebelah mananya ya mba? Beliau bilang, "kalau dari arah kota perempatan pasar belok kiri, mba. nanti ketemu pertigaan, belok kiri lagi. Lurus aja terus nanti mentok nah itu rumahnya pas mentok jalan. Namanya mas ini" Oke, kita ikuti..

Ngeluh sama kerjaan?

Saat itu di suatu pagi dimana aku dapet panggilan wawancara di salah satu kantor cabang BUMN di kota perantauan waktu kuliah, banyak hal yang aku yakini itu skenario epic dari Allah terjadi. Jadwal wawancara jam 10 pagi. Karena waktu tempuh yang lumayan, aku berangkat dari rumah jam 7.30. Jelas sesampai di kota tujuan waktu untuk tiba di kantor masih longgar sekali. Setelah menyelesaikan urusan kekurangan pritilan berkas yang harus dibawa, aku mampir ke satu masjid favorit jaman kuliah. Masih jam 9 kurang sekian menit ketika setelah mengambil air wudhu aku masuk ke pintu jamaah putri. Ada sekitar 3 orang perempuan di dalam. Salah satunya ada di dekat tempatku sholat, sedang melantunkan ayat suci. Ketika selesai ritual dhuha, aku mundur menyenderkan bahu ke tembok belakang. Sambil membenarkan posisi kerudung, mbak-mbak yang baru saja selesai ngaji itu menyapaku, "Kerja dimana mba?".