Langsung ke konten utama

Macan keluar kandang

Sebagai pengingat diri sendiri, dan untuk semua orang yang mengalami hal serupa.

Selamat datang pada kenyataan baru. Dimana kamu yang seorang pemimpi, petualang, pemikir keras tapi hati tak sekuat batu karas, harus berhadapan dengan dorongan untuk menepikan mimpi, meminimalkan tantangan, lebih dipacu untuk berpikir keras dengan hati yang terus memaksa menjadi-jadi sekuat batu karas.
Sekarang dimana-mana udah banyak banget kegiatan, gigs, acara anak muda yang menyenangkan dan bukan cuma sekedar haha-hihi. Berkomunitas sesuai hobi, ngadain acara sosial dengan inovasi pertunjukan seni, atau sekedar memanfaatkan lahan sipil untuk berkarya layaknya mural, sampai membuka sesi diskusi about anything and everything sampai berjam-jam lamanya. Orang-orang yang ngikutin pergerakan acara kayak gini ini juga bejibun. Bahkan semakin hari semakin banyak bermunculan. Segerombolan mereka punya latar belakang yang beda-beda. Tapi yang pasti punya salah satu tujuan yang hampir sama. Sama-sama mau belajar.

Sekilas, asyik ya punya acara begitu apalagi bisa ikut berkecimpung. Ternyata, nggak cuma asyik. Tapi asyik banget! Apalagi untuk orang-orang yang notabene suka rempon. Ehtapi rempon disini tidak selalu yang berfaedah, sih. Walaupun kumpul-kumpulnya orang-orang berpengaruh berawal dari kumpul-kumpul yang tidak punya tujuan awal untuk apa juga. Ya bisa jadi ngomongin orang. Ngomongin pemerintah. Ngomongin pacar orang. Ngomongin dosen. Ngomongin kerjaan. Ngomongin artis. Ngomongin presiden negara lain. Ngomongin pilkada daerah lain.. biasanya, dari yang begini-gini ini muncul gagasan ajaib. Yang kadang susah dinalar, tapi solutif. Yang kadang nggak masuk akal, tapi begitu muncul lampu menyala terang di atas kepala mendadak hidup seperti akan habis gelap terbitlah terang gitu deh.

Terus, seharusnya eksekusi adalah cara tindak lanjut terbaik dari munculnya gagasan di atas.
Tapi, ketika ada segelintir faktor X yang menghadang, bagaimana nasib membawamu ke hilir?
Berada dalam rumah adalah hal ternyaman yang paling haqiqi dalam hidup. Tidak ada yang pernah menyalahkan ini. Tapi untuk yang tidak setuju—karena kita harus percaya selalu bahwa pro kontra akan selalu ada—mungkin kamu belum benar-benar menemukan ‘rumah’mu.
Aku pernah berada dalam posisi tidak bisa sepenuhnya leluasa mengikuti kata hati untuk jalan ke arah yang menurutku benar-benar saja dilakukan. Seperti halnya yang tersebutkan. Dimana aku menjadi nyaris memutar balikkan lelahku untuk yang jauh lebih serius, kaku, lurus, tapi... ya membaikkan. Nggak ada yang salah. Hanya berbeda perlakuan. Aku yang suka dengan banyak orang dan orang banyak, tidak bisa terlalu serius, dan kadang jalannya nggak lurus, bertemu dengan kenyataan keterbalikannya.

Bertahan? Bertahan. Aku yakin, nggak selalu yang kita pikir benar itu benar-benar benar. Nggih napa nggih? Jadi ya.. berjalan apa adanya. Aku merasa berubah. Semua membaikkan. Sampai dimana perlahan merasa kehilangan hobi, nyaris kehilangan sahabat perusuh terrrrbaik sejagat raya, dan gerak yang tidak leluasa. Seiring waktu aku menolak keadaan. Kenapa? Katanya membaikkan? Satu sisi membaikkan; aku lebih cewek, kalem(pit-lempit), dan tidak banyak gerak. Sisi lainnya, aku mengemis dukungan dan kehilangan diri sendiri.

Hingga pada akhirnya ternyata Tuhan Yang Maha Esa menunjukkan hal yang menjadi titik tolak ukurku untuk benar-benar mengikuti kata hati, aku sampai di detik ini. Meski harus dengan skenario yang rasanya setiap denger lagunya Sheila On 7 yang model video clip-nya Mas Dena itu pengen banting motor ke ibu kota.

Kembali berani menunjukkan, kembali menyalurkan hobi, kembali bertemu yang pernah hampir dihilangkan. Aku sadar ini nggak semudah menyalakan laptop apalagi membalikkan telapak tangan. Tapi lagi-lagi nggak ada yang salah kan, untuk mencoba mengulang melahirkan untuk jadi diri sendiri?

Walaupun—lagi-lagi walaupun—yang sepertiku akan selalu mohon dimaafkan ketika perubahan yang terlihat kadang mengagetkan atau seperti macan keluar kandang.

Liar.

Tapi, kumohon ijin untuk biarkan orang-orang terdekat kalian berkesempatan memikirkan apa yang ingin mereka pikirkan sendiri. Dukung jika itu bermanfaatkan tidak hanya untuk dirinya, tapi sesuai dengan apa yang diajarkan. Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk yang lainnya?

Jangan takut ada yang hilang dari dirimu. Yang patah akan tumbuh, yang hilang akan berganti.

26/04/2017
22.55

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Mahasiswa Sehat dari Masyarakat

Mahasiswa bukan hanya kata ‘maha’ di depan kata ‘siswa’. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan rakyat biasa, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Karena kedudukannya, mahasiswa sendiri menjadi memiliki banyak peran dalam kehidupan bermasyarakat, tidak terlepas dari bidang mereka masing-masing.

Navigasi

Senin yang ceritanya long weekend kemarin, aku dan bapake bertandang ke suatu tempat untuk tujuan tertentu. Ceritanya dapet kontak orang yang mau dituju di instagram nih. Yaudah aku hubungi lah dia. Setelah menceritakan maksud dan tujuan aku ingin berkunjung, si mbak yang menerima respon kontak memberikan infomasi arah ke alamat tujuan. Ceritanya di bio instagram dia udah ada info lokasi. Tapi cuma nama kecamatannya doang. Kutanya, sebelah mananya ya mba? Beliau bilang, "kalau dari arah kota perempatan pasar belok kiri, mba. nanti ketemu pertigaan, belok kiri lagi. Lurus aja terus nanti mentok nah itu rumahnya pas mentok jalan. Namanya mas ini" Oke, kita ikuti..

Ngeluh sama kerjaan?

Saat itu di suatu pagi dimana aku dapet panggilan wawancara di salah satu kantor cabang BUMN di kota perantauan waktu kuliah, banyak hal yang aku yakini itu skenario epic dari Allah terjadi. Jadwal wawancara jam 10 pagi. Karena waktu tempuh yang lumayan, aku berangkat dari rumah jam 7.30. Jelas sesampai di kota tujuan waktu untuk tiba di kantor masih longgar sekali. Setelah menyelesaikan urusan kekurangan pritilan berkas yang harus dibawa, aku mampir ke satu masjid favorit jaman kuliah. Masih jam 9 kurang sekian menit ketika setelah mengambil air wudhu aku masuk ke pintu jamaah putri. Ada sekitar 3 orang perempuan di dalam. Salah satunya ada di dekat tempatku sholat, sedang melantunkan ayat suci. Ketika selesai ritual dhuha, aku mundur menyenderkan bahu ke tembok belakang. Sambil membenarkan posisi kerudung, mbak-mbak yang baru saja selesai ngaji itu menyapaku, "Kerja dimana mba?".