Sebagai pengingat diri sendiri, dan untuk semua orang yang
mengalami hal serupa.
Selamat datang pada kenyataan
baru. Dimana kamu yang seorang pemimpi, petualang, pemikir keras tapi hati tak
sekuat batu karas, harus berhadapan dengan dorongan untuk menepikan mimpi,
meminimalkan tantangan, lebih dipacu untuk berpikir keras dengan hati yang terus
memaksa menjadi-jadi sekuat batu karas.
Sekilas, asyik ya punya acara
begitu apalagi bisa ikut berkecimpung. Ternyata, nggak cuma asyik. Tapi asyik
banget! Apalagi untuk orang-orang yang notabene suka rempon. Ehtapi rempon disini
tidak selalu yang berfaedah, sih. Walaupun kumpul-kumpulnya orang-orang
berpengaruh berawal dari kumpul-kumpul yang tidak punya tujuan awal untuk apa
juga. Ya bisa jadi ngomongin orang. Ngomongin pemerintah. Ngomongin pacar
orang. Ngomongin dosen. Ngomongin kerjaan. Ngomongin artis. Ngomongin presiden
negara lain. Ngomongin pilkada daerah lain.. biasanya, dari yang begini-gini
ini muncul gagasan ajaib. Yang kadang susah dinalar, tapi solutif. Yang kadang
nggak masuk akal, tapi begitu muncul lampu menyala terang di atas kepala
mendadak hidup seperti akan habis gelap terbitlah terang gitu deh.
Terus, seharusnya eksekusi adalah
cara tindak lanjut terbaik dari munculnya gagasan di atas.
Tapi, ketika ada segelintir
faktor X yang menghadang, bagaimana nasib membawamu ke hilir?
Berada dalam rumah adalah hal ternyaman yang paling haqiqi dalam hidup. Tidak ada yang pernah menyalahkan ini. Tapi untuk yang tidak setuju—karena kita harus percaya selalu bahwa pro kontra akan selalu ada—mungkin kamu belum benar-benar menemukan ‘rumah’mu.
Aku pernah berada dalam posisi
tidak bisa sepenuhnya leluasa mengikuti kata hati untuk jalan ke arah yang menurutku benar-benar saja dilakukan.
Seperti halnya yang tersebutkan. Dimana aku menjadi nyaris memutar balikkan
lelahku untuk yang jauh lebih serius, kaku, lurus, tapi... ya membaikkan. Nggak
ada yang salah. Hanya berbeda perlakuan. Aku yang suka dengan banyak orang dan
orang banyak, tidak bisa terlalu serius, dan kadang jalannya nggak lurus, bertemu dengan kenyataan keterbalikannya.
Bertahan? Bertahan. Aku yakin,
nggak selalu yang kita pikir benar itu benar-benar benar. Nggih napa nggih? Jadi ya.. berjalan apa adanya. Aku merasa
berubah. Semua membaikkan. Sampai dimana perlahan merasa kehilangan hobi,
nyaris kehilangan sahabat perusuh terrrrbaik sejagat raya, dan gerak yang tidak
leluasa. Seiring waktu aku menolak keadaan. Kenapa? Katanya membaikkan? Satu sisi
membaikkan; aku lebih cewek,
kalem(pit-lempit), dan tidak banyak gerak. Sisi lainnya, aku mengemis dukungan
dan kehilangan diri sendiri.
Hingga pada akhirnya ternyata
Tuhan Yang Maha Esa menunjukkan hal yang menjadi titik tolak ukurku
untuk benar-benar mengikuti kata hati, aku sampai di detik ini. Meski harus
dengan skenario yang rasanya setiap denger lagunya Sheila On 7 yang model video
clip-nya Mas Dena itu pengen banting motor ke ibu kota.
Kembali berani menunjukkan,
kembali menyalurkan hobi, kembali bertemu yang pernah hampir dihilangkan. Aku sadar
ini nggak semudah menyalakan laptop apalagi membalikkan telapak tangan. Tapi
lagi-lagi nggak ada yang salah kan, untuk mencoba mengulang melahirkan untuk jadi diri sendiri?
Walaupun—lagi-lagi walaupun—yang
sepertiku akan selalu mohon dimaafkan ketika perubahan yang terlihat kadang
mengagetkan atau seperti macan keluar kandang.
Liar.
Tapi, kumohon ijin untuk biarkan
orang-orang terdekat kalian berkesempatan memikirkan apa yang ingin mereka
pikirkan sendiri. Dukung jika itu bermanfaatkan tidak hanya untuk dirinya, tapi
sesuai dengan apa yang diajarkan. Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang
bermanfaat untuk yang lainnya?
Jangan takut ada yang hilang dari
dirimu. Yang patah akan tumbuh, yang hilang akan berganti.
26/04/2017
22.55
Komentar
Posting Komentar