Langsung ke konten utama

Perempuan menulis.

Siapa yang pernah nonton film Kartini?

Atau ngerti banget deh cerita tentang Raden Ajeng ini?
Menurut kamu, kenapa beliau jadi pahlawan emansipasi wanita? Yah, semua orang bisa menjawab dengan alasan dia berani memerangi keterpurukan kaum perempuan pada masanya. Secara jaman Belanda dulu perempuan dianggap cukup untuk menganut prinsip kasur, sumur, dapur. Jadi nggak boleh kemana-mana, nggak boleh sekolah, nggak boleh ini itu, sampai nikah aja dipaksa. Tapi Kartini hadir dengan pemikirannya yang diluar ekspektasi pada saat itu, untuk memerdekakan kaumnya, demi kemaslahatan anak cucunya pula.

Lalu, pertanyaan selanjutnya muncul. Kita semua tau, bagaimana sejarah menceritakan keposesifan jaman dahulu terhadap perempuan seperti apa. Lalu strategi untuk mengentaskan keterpurukan hadir—yang kita kenal—dari keberanian Kartini. Apakah di jaman itu perempuan yang punya pemikiran dan keberanian hanya Kartini saja? Apakah di masa sebelum Kartini ada perempuan lain yang mencoba menembus batas yang sama? Tapi kenapa yang kita kenang dengan sangat adalah beliau Raden Ajeng Kartini?

Pertanyaan ini pernah kulontarkan pada Ayahanda, yang tiba-tiba beliau malah nanya balik. Jawabannya adalah;
“Karena dia  menulis,”

Secara logika, dengan keadaan terpuruk tidak bebas berekspresi di jaman dahulu, mungkin banyak perempuan perempuan di seantero Indonesia raya merdeka yang ingin terbebas dari hal tersebut. Lalu kenapa justru Kartini? Karena dia menulis. Dan beruntung diketahui Belanda lalu dipublikasikan.


Terlepas setelah itu tersebut Nyai Ahmad Dahlan, Cut Nyak Dien, dll.

Jadi, tagline "menulislah untuk perubahan" memang terbuktikan dari jaman dahulu kala. Perempuan, pula, yang juga membuktikannya. Jadi, untuk perempuan-perempuan dimana pun kamu berada, apapun profesimu, apapun latar belakangmu, bagaimanapun kehidupanmu, menulislah. Terlepas dari siapa yang membaca, kamu bisa membuat sasaranmu sendiri.

Anyway, selamat Hari Perempuan Internasional :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Times.

"Time is money" - entah siapa yang memulai menulis ini. Sebagaimana kita menghargai waktu, hanya sebanding dengan bagaimana kita menghargai hidup ketika kita sedang kere alias ngga punya duit sama sekali. Kutipan diatas tadi jelas kita hapal diluar kepala. Saking di luar kepalanya sampai hilang mengentah kemana perginya. Karena ada saja ditiap sepersekian detik suatu hari melaju sesuai iramanya, manusia-manusia di bumi ini mengeluh akan waktu yang kurang lantas memenjarakan prasangka baik akan rejeki yang dicukupkan.

Karena Mahasiswa Sehat dari Masyarakat

Mahasiswa bukan hanya kata ‘maha’ di depan kata ‘siswa’. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan rakyat biasa, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Karena kedudukannya, mahasiswa sendiri menjadi memiliki banyak peran dalam kehidupan bermasyarakat, tidak terlepas dari bidang mereka masing-masing.

Mas Bowo - Teman pesantren menulis yang keren bersama Perpusdes Merden

Namanya Arif Wibowo. Teman pesantren menulisku di merden kali ini lelaki jeblosan perangkat desa Merden. Lelaki yang biasa dipanggil Mas Bowo ini merupakan salah satu pengelola perpustakaan desa Merden. Perpustakaan ini tidak seperti perpustakaan desa, karena saking kerennya, seperti perpustakaan kampus kalau menurut saya.