Langsung ke konten utama

Navigasi

Senin yang ceritanya long weekend kemarin, aku dan bapake bertandang ke suatu tempat untuk tujuan tertentu. Ceritanya dapet kontak orang yang mau dituju di instagram nih. Yaudah aku hubungi lah dia. Setelah menceritakan maksud dan tujuan aku ingin berkunjung, si mbak yang menerima respon kontak memberikan infomasi arah ke alamat tujuan.

Ceritanya di bio instagram dia udah ada info lokasi. Tapi cuma nama kecamatannya doang. Kutanya, sebelah mananya ya mba? Beliau bilang, "kalau dari arah kota perempatan pasar belok kiri, mba. nanti ketemu pertigaan, belok kiri lagi. Lurus aja terus nanti mentok nah itu rumahnya pas mentok jalan. Namanya mas ini"

Oke, kita ikuti..
Setelah petunjuk tersebut dicari, ditanya, diobservasi, kita nyasar. Tiap orang yang ditanyai ngga paham. Nyasar jauh pokoknya. Ke antah berantah. Sebelum nyasar sebenarnya aku udah mulai curiga. Setelah perempatan belok kiri, itu langsung nemu tikungan ke kiri. Tikungan loh ya, bukan belokan yang mbaknya maksud. Terus jalan dikit baru ada pertigaan. Tapi jatohnya di pertigaan ini cuma ada pilihan lurus dan belok kanan. Nggak ada belok kiri. Setelah mencoba nanya kanan kiri dan telpon ulang si mbaknya tapi nggak keangkat-angkat, jadilah sampai nggak tau dimana. Ini bener kasih petunjuk nggak nih mbaknya?

Disela kesasar itu, dengan masih berusaha telpon ulang, akhirnya si mbak angkat. Dan apa yang terjadi selanjutnya?

Ternyata eh, si mbak mengaku salah karena keliru kasih petunjuk. Kata dia harusnya dari kota ketemu perempatan itu belok kanan, bukan kiri. Pas klarifikasi alamat ini aku nanya, "RT berapa mba?" atas maksud biar gampang nyarinya. tapi si mbak cuma bisa terus-terusan bilang,

"Pokoknya belok kanan itu mba terus nanti ada pertigaan kiri, rumah paling pojok!"

Aku mulai geram. Kalimat selanjutnya untukku mudah mencari tanda, aku nanya, "cat rumahnya warna apa mba?"

"aduh, pokoknya rumah paling pojook mba. Ada warungnya di depannya."

Aku udah siap banting handphone. Tapi nggak jadi. Lupa itu yang dipakai telpon punya Bapake.

Yaudah akhirnya kita putar balik menuju alamat yang sudah melewati masa revisian. Kalau arahnya kesini sih tau... kebetulan ada saudara di deket-deket situ. Dan eh beneran. Rumah yang kita cari itu di depannya rumah saudara kami. Yassalaaaam.

Sesampainya di tempat tujuan jek mikir. Kenapa sih si mbak yang jadi navigator kami itu mengarahkannya nggak pakai arah mata angin aja? Bilang perempatan ke utara, kek. Bukan belok kanan atau kiri. Setidaknya kalau menyebutkannya arah mata angin kan, mau kita jalan dari arah kota ataupun sebaliknya tetap bisa tau harus mengarahkan stir kemana.

Aku nggak cuma sekali atau dua kali doang mengalami hal se-typical itu. Emang pada dasarnya tidak semua  dari kita bisa menyampaikan navigasi dengan baik dan benar, Padahal kecakapan navigasi itu bisa dipelajari loh. Walau kelihatannya sepele.

Pengalaman waktu ikut kelas conversation (entah level berapa, lupa) di LBPP LIA, ada satu materi tentang navigation gitu. Disitu diterangkan bahwa kalau kita memberi info ke orang lain tentang alamat itu tidak hanya serta merta menyebutkan you should turn right or left, tapi lengkap bisa dengan arah mata angin, ancer-ancernya bahkan hingga waktu dan jarak tempuh.

Susah? Nggak susah kalau mau dilatih.

Jadi agar mengurangi dosa orang dan kita sendiri karena keburu nggrundel kedapetan apes nyasar jauh karena salah menerima informasi, yuk belajar mulai sekarang!

Komentar

  1. wuhuiyyy,...
    jadi ini pembahasan tentang menjelaskan kepada orang lain mengenai alamat tujuan.

    Nyasar ya? kasian. :))

    BalasHapus
  2. Puk puk puk.. Sabar mbak😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah sabarnya udahan mba haha makasih udah mampir

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Times.

"Time is money" - entah siapa yang memulai menulis ini. Sebagaimana kita menghargai waktu, hanya sebanding dengan bagaimana kita menghargai hidup ketika kita sedang kere alias ngga punya duit sama sekali. Kutipan diatas tadi jelas kita hapal diluar kepala. Saking di luar kepalanya sampai hilang mengentah kemana perginya. Karena ada saja ditiap sepersekian detik suatu hari melaju sesuai iramanya, manusia-manusia di bumi ini mengeluh akan waktu yang kurang lantas memenjarakan prasangka baik akan rejeki yang dicukupkan.

Karena Mahasiswa Sehat dari Masyarakat

Mahasiswa bukan hanya kata ‘maha’ di depan kata ‘siswa’. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan rakyat biasa, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Karena kedudukannya, mahasiswa sendiri menjadi memiliki banyak peran dalam kehidupan bermasyarakat, tidak terlepas dari bidang mereka masing-masing.

Mas Bowo - Teman pesantren menulis yang keren bersama Perpusdes Merden

Namanya Arif Wibowo. Teman pesantren menulisku di merden kali ini lelaki jeblosan perangkat desa Merden. Lelaki yang biasa dipanggil Mas Bowo ini merupakan salah satu pengelola perpustakaan desa Merden. Perpustakaan ini tidak seperti perpustakaan desa, karena saking kerennya, seperti perpustakaan kampus kalau menurut saya.