Langsung ke konten utama

salah paham


Perbedaan pandangan hampir bisa kita dapati dimana-mana. Hampir selalu ada yang salah dari pemahaman. Salah paham. Seperti halnya pada relasi, entah itu antara rekan kerja, persahabatan, ataupun keluarga. Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan dan ketidaksempurnaan, sangat mungkin disaat otak kita sedang tidak berjalan mulus, informasi yang diterima pun akan tidak terterima dengan baik.

Bicara tentang relasi pertemanan, atau yang lebih erat lagi yaitu persahabatan, sebagian besar orang mengira bahwa mereka yang menjalin itu benar-benar merasa saling mengerti satu sama lain. Terlepas dari yang beranggapan itu mengalaminya sendiri. Padahal suatu hubungan tidak akan berjalan baik dan selaras sebelum mereka mendapati masalah dari kekurangan masing-masing.

 

Salah persepsi bisa jadi sangat menjanggal diantara hati kedua belah pihak yang mengambil peran sebagai yang tertindas dan ditindas. Tidak memungkiri juga kalau-kalau ketidaksengajaan buruk terjadi disaat semua terasa baik-baik saja. Akibatnya bisa fatal jika salah satu atau keduanya merasa dirugikan. Lantas, siapa yang pantas disalahkan kalau nasi sudah jadi bubur?

Kalau saya bisa bilang, sih, kalau nasi sudah jadi bubur ya dikasih bumbu aja biar bisa dimakan. Maksudnya, kalau kesalahpahaman sudah terjadi dan terlanjur membuat sakit hati, nikmati saja suasana baru yang ada tanpa mempermasalahkan dan mengkhawatirkan kejadian lalu lagi. Toh, kamu juga manusia, kan? Nggak pernah luput juga dari kesalahan.

Karena nggak semua yang kita harapkan terjadi, harusnya sih bisa siap dengan kemungkinan apapun yang akan dihadapi. Walau nggak memungkiri juga hampir semua orang di ranah bumi ini sering kali kurang bersyukur. Kurang bersyukur dengan apapun yang mereka dapatkan, dengan apapun yang mereka pilih. Ini menunjukan bahwa hal tersulit dalam hidup itu bukanlah memilih pilihan, tetapi bertahan dalam pilihan yang kita pilih tersebut. Apapun risikonya.

Dewasa juga menjadi tolak ukur akan sikap yang semestinya kita tampilkan dimana kita berada. Kesadaran akan diri sendiri juga penting. Sehingga setidaknya memperkecil kemungkinan timbulnya kekecewaan yang dalam atas kesalah pahaman yang dilakukan.

Sekarang kuncinya ada pada diri kita masing-masing. Apakah kita bisa menyampaikan persepsi kepada orang lain dengan benar atau belum. Saya kira semuanya paham akan ketidaksempurnaan kita dalam berkelakuan. Berjuanglah untuk menjadi yang pantas dipertanggungjawabkan, minimal pada sesamamu. Seperti yang dikatakan WS Rendra, bahwa “Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata”. Maka perjuangkanlah niatmu dengan melaksanakan kata-katamu dengan teliti.

11 Agust. 12

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Mahasiswa Sehat dari Masyarakat

Mahasiswa bukan hanya kata ‘maha’ di depan kata ‘siswa’. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan rakyat biasa, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Karena kedudukannya, mahasiswa sendiri menjadi memiliki banyak peran dalam kehidupan bermasyarakat, tidak terlepas dari bidang mereka masing-masing.

Navigasi

Senin yang ceritanya long weekend kemarin, aku dan bapake bertandang ke suatu tempat untuk tujuan tertentu. Ceritanya dapet kontak orang yang mau dituju di instagram nih. Yaudah aku hubungi lah dia. Setelah menceritakan maksud dan tujuan aku ingin berkunjung, si mbak yang menerima respon kontak memberikan infomasi arah ke alamat tujuan. Ceritanya di bio instagram dia udah ada info lokasi. Tapi cuma nama kecamatannya doang. Kutanya, sebelah mananya ya mba? Beliau bilang, "kalau dari arah kota perempatan pasar belok kiri, mba. nanti ketemu pertigaan, belok kiri lagi. Lurus aja terus nanti mentok nah itu rumahnya pas mentok jalan. Namanya mas ini" Oke, kita ikuti..

Ngeluh sama kerjaan?

Saat itu di suatu pagi dimana aku dapet panggilan wawancara di salah satu kantor cabang BUMN di kota perantauan waktu kuliah, banyak hal yang aku yakini itu skenario epic dari Allah terjadi. Jadwal wawancara jam 10 pagi. Karena waktu tempuh yang lumayan, aku berangkat dari rumah jam 7.30. Jelas sesampai di kota tujuan waktu untuk tiba di kantor masih longgar sekali. Setelah menyelesaikan urusan kekurangan pritilan berkas yang harus dibawa, aku mampir ke satu masjid favorit jaman kuliah. Masih jam 9 kurang sekian menit ketika setelah mengambil air wudhu aku masuk ke pintu jamaah putri. Ada sekitar 3 orang perempuan di dalam. Salah satunya ada di dekat tempatku sholat, sedang melantunkan ayat suci. Ketika selesai ritual dhuha, aku mundur menyenderkan bahu ke tembok belakang. Sambil membenarkan posisi kerudung, mbak-mbak yang baru saja selesai ngaji itu menyapaku, "Kerja dimana mba?".