Perbedaan pandangan hampir bisa kita dapati dimana-mana. Hampir
selalu ada yang salah dari pemahaman. Salah paham. Seperti halnya pada relasi,
entah itu antara rekan kerja, persahabatan, ataupun keluarga. Sebagai manusia
yang tidak luput dari kesalahan dan ketidaksempurnaan, sangat mungkin disaat
otak kita sedang tidak berjalan mulus, informasi yang diterima pun akan tidak
terterima dengan baik.
Bicara tentang relasi pertemanan, atau yang lebih erat lagi yaitu persahabatan, sebagian besar orang mengira bahwa mereka yang menjalin itu benar-benar merasa saling mengerti satu sama lain. Terlepas dari yang beranggapan itu mengalaminya sendiri. Padahal suatu hubungan tidak akan berjalan baik dan selaras sebelum mereka mendapati masalah dari kekurangan masing-masing.
Salah persepsi bisa jadi sangat menjanggal diantara hati kedua belah pihak yang mengambil peran sebagai yang tertindas dan ditindas. Tidak memungkiri juga kalau-kalau ketidaksengajaan buruk terjadi disaat semua terasa baik-baik saja. Akibatnya bisa fatal jika salah satu atau keduanya merasa dirugikan. Lantas, siapa yang pantas disalahkan kalau nasi sudah jadi bubur?
Kalau saya bisa bilang, sih, kalau nasi sudah jadi bubur ya dikasih bumbu aja biar bisa dimakan. Maksudnya, kalau kesalahpahaman sudah terjadi dan terlanjur membuat sakit hati, nikmati saja suasana baru yang ada tanpa mempermasalahkan dan mengkhawatirkan kejadian lalu lagi. Toh, kamu juga manusia, kan? Nggak pernah luput juga dari kesalahan.
Karena nggak semua yang kita harapkan terjadi, harusnya sih bisa siap dengan kemungkinan apapun yang akan dihadapi. Walau nggak memungkiri juga hampir semua orang di ranah bumi ini sering kali kurang bersyukur. Kurang bersyukur dengan apapun yang mereka dapatkan, dengan apapun yang mereka pilih. Ini menunjukan bahwa hal tersulit dalam hidup itu bukanlah memilih pilihan, tetapi bertahan dalam pilihan yang kita pilih tersebut. Apapun risikonya.
Dewasa juga menjadi tolak ukur akan sikap yang semestinya kita tampilkan dimana kita berada. Kesadaran akan diri sendiri juga penting. Sehingga setidaknya memperkecil kemungkinan timbulnya kekecewaan yang dalam atas kesalah pahaman yang dilakukan.
Sekarang kuncinya ada pada diri kita masing-masing. Apakah kita bisa menyampaikan persepsi kepada orang lain dengan benar atau belum. Saya kira semuanya paham akan ketidaksempurnaan kita dalam berkelakuan. Berjuanglah untuk menjadi yang pantas dipertanggungjawabkan, minimal pada sesamamu. Seperti yang dikatakan WS Rendra, bahwa “Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata”. Maka perjuangkanlah niatmu dengan melaksanakan kata-katamu dengan teliti.
11 Agust. 12
lanjutkan kreatifitas menulismu ya!
BalasHapusthank you mas lukman! the same to you yaaa :D
BalasHapus