Langsung ke konten utama

unexpected day

Jadiiii, hari tadi itu akhirnya aku punya quality time buat sahabatku satu itu. Ela. Kami sebut saja acara makan siang tadi itu sebagai syukuran untuk 'kesendirian' kami, sungkeman lebaran, dan session bisnis curhat pastinya. Iya, ngga perlu ditanya atau dijawab juga uda pasti tau kan kami curhat tentang apaan. Exactly! Cerdaaass~



Hampir dua jam kami duduk di meja yang sama. Iya, serius deh hampir-dua-jam. Sampai meja-meja di sebelah kanan kiri depan belakang kami pindah penghuni berkali-kali. Hahahaa sumpah harusnya kami tadi jadi pelanggan terhebat dong ya karena betah-betahin pantat buat duduk disitu pake nyerocos plus ngakak-ngakak ngga jelas pula ngga bikin suasana tenteram sentausa~

At least, kami sama-sama jomblo sekarang. Muahahaha apa? Galau? Buat apaa? Alhamdulillahirabil'alamin kami merasa have fun dan bebas dengan semua yang ada. Buat apa pasangan kalau teman itu lebih dari segalanya dan ngga rempong buat dikasih laporan ini itu?

Kalau diantara kalian merasa efek kesendirian kami ini akan berpengaruh pada saat kami masuk kuliah yang tinggal menghitung hari ini, itu memang mungkin. Sangat mungkin kalau aku bilang. Tapi setelah aku nerocos panjang lebar luasnya sama Ela tentang aku yang mulai bisa berkata 'Mungkin emang Allah ngga ngasih aku jodoh (re: kuliah) di jogja, karena di Purwokerto ada sesuatu yang lain' ini, dan setelah Ela menimpali ceritaku dengan ceritanya yang tentang ketidakjelasannya dengan mantannya setahun lalu, aku dapet pencerahan bahwa..

Pertama,  terlepas dari aku yang pernah mengutarakan 'suatu komitmen' ke Ela sekitar tiga bulan yang lalu, hampir semua penggalan kalimat yang dia ceritakan itu seperti mewakili semesta untuk menyarankan padaku untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak perlu aku pikirkan. What's that? Buat PR.

Kedua, aku ingat beberapa kakak angkatan dan Ayah pula pernah bilang, intinya, masa SMA udah abis dan kuliah tidak semenyenangkan FTV-FTV yang ditonton hampir setiap hari itu. Dan disela ceritanya, ada satu dialog yang aku suka. Intinya ya menegaskan bahwa kuliah itu 'tegas'. Bagi yang menegaskan. Begini,
"Bayangin lah, kuliah dari jam 8 dan baru kelar jam 5 sore. Abis itu ada rapat HIMA. Kadang bisa sampe malem. Itu baru rapat, belum kalo pas ada kegiatan. Buat mikir makan aja sering lupa, gimana mau mikirin kamu."
Jleb banget ngga sih.. Tapi justru respon 'meng-iya-kan' yang aku lontarkan untuk pengungkapan Ela tentang dialog itu. Berpikir ke depan tentang akademik sendiri tanpa harus memikirkan untuk saling melempar perhatian dengan pacar, mungkin. Tapi belum abis pikiran positif ini jalan, negative thinkingku menjalar. Eh itu beneran itu cowok ngomong gitunya? Maksudnya, beneran dengan waktu sama-sama 24 jam, apa ngga sama-sama pengen diperhatiin? Nggak ngerti.
"Besok pas kamu lagi di tingkatanku, pasti kurang lebih sama. Lagi gencar-gencarnya aktif organisasi sana-sini, ikut UKM sana-sini, seneng bareng temen-temen.. Belum lagi paling pol tahun depan aku udah mikirin skripsi."
Nah. Lagi-lagi aku mengiyakan itu. Walau belum tentu aku nanti sebegitunya juga sih. Mungkin awal-awal jadi maba, dunia perkuliahan masih seperti mainan baru buat para kencur ABG kayak kami ini. Tapi semoga semua hal yang aku dekati dan yang mendekatiku baik-baik dan mampu mendorongku ke jalan yang benar yah :) aamiiiin.

Ketiga, satu quote of the day dari Ela tadi--> 'Sebentar akan terasa ketika kita tidak sedang menunggu sesuatu, apapun itu'. Sumpah unyu Ela tuh. Baru tadi aku mendengung tentang beberapa tahun lalu soalnya, tentang berasanya baru kemaren gitu aku masih pake rok pendek biru tua jalan pulang sekolah bareng dia.. rasanya baru kemaren aku pake 12 pita kuciran pas MOS SMA, eh besok udah mau OSPEK aja. Dan emang bener, ngga ada yang aku tunggu saat itu, dan sekarang berasa cepeeett bangett. Alhamdulillahnya, kecepatan itu banyak pake bumbu bahagianya daripada sedihnya. :)

Untuk semua yang datang dan pergi, syukuri saja. Bagaimanapun percayalah masih akan tetap ada yang bisa bikin kamu ketawa. Tetaplah jadi dirimu, dan cari faktor pembeda. Karena yang beda itu unik. Kalau ada yang ngga suka? Keluarkan saja senjata kalimat ini..

Asal ngga pake emosi aja sih ngomong gitunya ya.. hehehe~
Btw, thanks for unexpected day, Ela! Sampai jumpa kapan-kapan lagi. Baik-baik di Jogja ya, semoga aku bisa baik-baik juga disini. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Mahasiswa Sehat dari Masyarakat

Mahasiswa bukan hanya kata ‘maha’ di depan kata ‘siswa’. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan rakyat biasa, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Karena kedudukannya, mahasiswa sendiri menjadi memiliki banyak peran dalam kehidupan bermasyarakat, tidak terlepas dari bidang mereka masing-masing.

Navigasi

Senin yang ceritanya long weekend kemarin, aku dan bapake bertandang ke suatu tempat untuk tujuan tertentu. Ceritanya dapet kontak orang yang mau dituju di instagram nih. Yaudah aku hubungi lah dia. Setelah menceritakan maksud dan tujuan aku ingin berkunjung, si mbak yang menerima respon kontak memberikan infomasi arah ke alamat tujuan. Ceritanya di bio instagram dia udah ada info lokasi. Tapi cuma nama kecamatannya doang. Kutanya, sebelah mananya ya mba? Beliau bilang, "kalau dari arah kota perempatan pasar belok kiri, mba. nanti ketemu pertigaan, belok kiri lagi. Lurus aja terus nanti mentok nah itu rumahnya pas mentok jalan. Namanya mas ini" Oke, kita ikuti..

Ngeluh sama kerjaan?

Saat itu di suatu pagi dimana aku dapet panggilan wawancara di salah satu kantor cabang BUMN di kota perantauan waktu kuliah, banyak hal yang aku yakini itu skenario epic dari Allah terjadi. Jadwal wawancara jam 10 pagi. Karena waktu tempuh yang lumayan, aku berangkat dari rumah jam 7.30. Jelas sesampai di kota tujuan waktu untuk tiba di kantor masih longgar sekali. Setelah menyelesaikan urusan kekurangan pritilan berkas yang harus dibawa, aku mampir ke satu masjid favorit jaman kuliah. Masih jam 9 kurang sekian menit ketika setelah mengambil air wudhu aku masuk ke pintu jamaah putri. Ada sekitar 3 orang perempuan di dalam. Salah satunya ada di dekat tempatku sholat, sedang melantunkan ayat suci. Ketika selesai ritual dhuha, aku mundur menyenderkan bahu ke tembok belakang. Sambil membenarkan posisi kerudung, mbak-mbak yang baru saja selesai ngaji itu menyapaku, "Kerja dimana mba?".