Langsung ke konten utama

#MariMenonton2015



Akhir pekan pertama di bulan Agustus menjadi menarik dengan diadakannya Pesta Film Banjarnegara 2015. Kegiatan ini merupakan agenda tahunan Komunitas Muda Banjarnegara yang bergerak di bidang seni yaitu Godong Gedang, dan pada tahun ini merupakan tahun ketiga program ini diadakan, pada hari Sabtu-Minggu, 8-9 Agustus 2015 di Auditorium Politeknik Banjarnegara.

Mari Menonton, begitulah tagline yang sering kami suarakan untuk menyebut acara Pesta Film Banjarnegara, merupakan suatu pemutaran film pendek dimana film-film yang diputar tidak dikompetisikan. Hal tersebut sama dengan tulisan saya saat pertama kali menulis tentang Mari Menonton tahun lalu disini.
Pada Mari Menonton tahun 2015 ini Godong Gedang mengusung tema ‘Ruang Publik dan Ruang Berbagi’. Mengapa Ruang Publik? Apa kaitannya dengan Ruang Berbagi? Ruang publik sendiri dapat kita artikan sebagai ruang, tempat ataupun lahan yang dimanfaatkan oleh masyarakat luas sebagai tempat berbagi dan melakukan suatu kegiatan umum. Di Banjarnegara sendiri banyak sekali lahan yang dijadikan ruang publik. Disini para pengelola Godong Gedang melihat banyak masyarakat khususnya para pemuda di Banjarnegara yang mengeluhkan tentang akses dan pemanfaatan beberapa ruang publik di daerah kami. Untuk itu dimunculkanlah tema Ruang Publik dan Ruang Berbagi.
Perhelatan film ini dibagi dalam 5 sesi pemutaran dan 1 sesi kawula muda. Sesi pemutaran antara lain yaitu sesi program film anak, sesi sekolahan, sesi dokumenter ruang publik, sesi dewasaan, dan sesi aktivitas ruang dan komunitas. Terhitung pada tahun ini jumlah penonton cenderung menurun dibandingkan pada Mari Menonton tahun lalu. Penonton terdiri dari berbagai macam penjuru mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga orang tua. Ada yang beda dari daftar penonton kali ini yaitu dihadirkanya siswa-siswi dari SD N 1 Kenteng dan SD N 1 Bantarwaru yang berjumlah kurang lebih 200 anak pada sesi program film anak. Ada pula diskusi yang dilaksanakan pada akhir sesi sekolahan dan sesi aktivitas ruang dan komunitas. Diskusi Mari Menonton kali ini panitia mengundang narasumber dari pegiat Karang Taruna di salah satu Desa di Kecamatan  Wanayasa, Banjarnegara, yaitu Mas Nono. Sedangkan di sesi kawula muda menampilkan beberapa pentas menarik dari band-band akustik dan komunitas lain yaitu seperti Banjarnegara Drum Society, Spacefiction, Stand Up Comedy, Tumi n the batirs, Deffa n Satyanu, dan tidak ketinggalan juga komunitas Nyawang Rupa dengan pameran hasil lukisannya.
“Penurunan jumlah penonton bukan berarti juga menurunkan kualitas festival, tapi lebih pada kualitas penonton di Banjarnegara,” tutur direktur acara Mari Menonton 2015, Dama Yuninata (9/8).
Besar harapan kegiatan seperti Mari Menonton ini dapat dijadikan alternatif pemanfaatan  ruang publik dan ruang berbagi khususnya bagi kawula muda di daerah Banjarnegara. Selain itu komunitas seperti Godong Gedang harapannya juga dapat terus memberi gebrakan baru dan lebih baik dalam hal pergerakan pemuda Banjarnegara khususnya di bidang seni. Sampai ketemu di Mari Menonton tahun depan! (ara)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Times.

"Time is money" - entah siapa yang memulai menulis ini. Sebagaimana kita menghargai waktu, hanya sebanding dengan bagaimana kita menghargai hidup ketika kita sedang kere alias ngga punya duit sama sekali. Kutipan diatas tadi jelas kita hapal diluar kepala. Saking di luar kepalanya sampai hilang mengentah kemana perginya. Karena ada saja ditiap sepersekian detik suatu hari melaju sesuai iramanya, manusia-manusia di bumi ini mengeluh akan waktu yang kurang lantas memenjarakan prasangka baik akan rejeki yang dicukupkan.

Karena Mahasiswa Sehat dari Masyarakat

Mahasiswa bukan hanya kata ‘maha’ di depan kata ‘siswa’. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan rakyat biasa, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Karena kedudukannya, mahasiswa sendiri menjadi memiliki banyak peran dalam kehidupan bermasyarakat, tidak terlepas dari bidang mereka masing-masing.

Mas Bowo - Teman pesantren menulis yang keren bersama Perpusdes Merden

Namanya Arif Wibowo. Teman pesantren menulisku di merden kali ini lelaki jeblosan perangkat desa Merden. Lelaki yang biasa dipanggil Mas Bowo ini merupakan salah satu pengelola perpustakaan desa Merden. Perpustakaan ini tidak seperti perpustakaan desa, karena saking kerennya, seperti perpustakaan kampus kalau menurut saya.