Langsung ke konten utama

Mas Bowo - Teman pesantren menulis yang keren bersama Perpusdes Merden


Namanya Arif Wibowo. Teman pesantren menulisku di merden kali ini lelaki jeblosan perangkat desa Merden. Lelaki yang biasa dipanggil Mas Bowo ini merupakan salah satu pengelola perpustakaan desa Merden. Perpustakaan ini tidak seperti perpustakaan desa, karena saking kerennya, seperti perpustakaan kampus kalau menurut saya.



Inisiatif untuk membangun perpusdes ini berawal dari keinginan Pak Imam Prasojo, salah satu tokoh terkenal Indonesia yang tidak lain merupakan warga Merden, untuk meningkatkan minat baca masyarakat, peningkatan SDM, dan sebagai sarana pendidikan informal di desa yang sekarang sudah cukup ramai ini. Lebih lagi sekarang bisa dinikmati untuk pesantren menulis.

Dengan sumbangsih dari Pengelola komite desa, tokoh pendidikan, yayasan LSM, dan perangkat desa setempat akhirnya perpusdes ini mulai beroperasi pada tahun 2007. Sejak saat itu sampai sekarang, Mas Bowo masih setia mengelolanya bersama rekan-rekan yang lain. Setiap harinya di perpusdes ini ada yang menjaga, dua orang mbak-mbak yang dengan ikhlas membantu para pengunjung yang ingin meminjam buku, sekedar duduk santai sambil melahap bacaan yang tersedia, atau seperti kami sekarang yang menjadi berteman karena pesantren menulis di perpusdes merden ini.

“Kadang ada pengunjung yang bilang, ‘mas/mba, kok buku ini ngga ada’. Nah itu jadi perhatian saya kalau tiap ada yang kritik kayak begitu pasti saya catat permintaan mereka akan buku yang mereka cari. Kemudian diusahakan untuk buku itu diadakan di perpusdes ini.” Jelas teman pesantren menulis di merden ini.

Selain buku-buku, terdapat juga beberapa CD film maupun kaset pembelajaran bahasa Inggris. Mas Bowo menuturkan kalau perangkat desa, tokoh masyarakat, maupun yayasan LSM tidak sedikit yang memberi bantuan berupa kelengkapan isi perpus maupun donasi berupa pundi-pundi rupiah.  Seperti halnya Yayasan LIA yang menyumbang banyak sekali kaset tape pembelajaran bahasa Inggris untuk perpusdes ini.

Mengutip dari apa yang pernah dikatakan Pak Imam, Mas Bowo berharap kalau kita itu bermimipi untuk masyarakat merden bisa mempunyai minat baca yg tinggi. Setelah mempunyai minat baca yang tinggi diharapkan mereka punya kapasitas yg baik. Dari situ otomatis perkembangan SDM maju pula. Dan  kalau SDM sudah maju, besar harapan desa ini juga akan mengikuti kemajuannya. Dengan adanya pesantren menulis ini pula semoga para blogger dapat berpartisipasi penuh untuk ikut meramaikan perpusdes lewat tulisannya.

Terimakasih Mas Bowo, teman pesantren menulis di merden yang inspiratif!

Komentar

  1. Terimakasih Ara, sebetulnya saya tidak ada apa2nya tanpa keinginan untuk saling berbagi dan berempati... hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Samasama Mas Bowo. Hehe semoga keinginan untuk saling berbagi dan berempatinya Mas Bowo bisa menular ke yang lain ya, amiin :)

      Hapus
  2. Aminnnn.....
    Demikian juga dengan "Ara". Kamu masih muda untuk menggapai semuanya tetap istiqomah dalam menyuarakan kebenaran insyaAlloh kebenaran itu akan menuntun Ara menggapai semua mimpi-mimpinya..
    Bagus sekali tulisan2 kamu :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Mahasiswa Sehat dari Masyarakat

Mahasiswa bukan hanya kata ‘maha’ di depan kata ‘siswa’. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan rakyat biasa, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Karena kedudukannya, mahasiswa sendiri menjadi memiliki banyak peran dalam kehidupan bermasyarakat, tidak terlepas dari bidang mereka masing-masing.

Navigasi

Senin yang ceritanya long weekend kemarin, aku dan bapake bertandang ke suatu tempat untuk tujuan tertentu. Ceritanya dapet kontak orang yang mau dituju di instagram nih. Yaudah aku hubungi lah dia. Setelah menceritakan maksud dan tujuan aku ingin berkunjung, si mbak yang menerima respon kontak memberikan infomasi arah ke alamat tujuan. Ceritanya di bio instagram dia udah ada info lokasi. Tapi cuma nama kecamatannya doang. Kutanya, sebelah mananya ya mba? Beliau bilang, "kalau dari arah kota perempatan pasar belok kiri, mba. nanti ketemu pertigaan, belok kiri lagi. Lurus aja terus nanti mentok nah itu rumahnya pas mentok jalan. Namanya mas ini" Oke, kita ikuti..

Ngeluh sama kerjaan?

Saat itu di suatu pagi dimana aku dapet panggilan wawancara di salah satu kantor cabang BUMN di kota perantauan waktu kuliah, banyak hal yang aku yakini itu skenario epic dari Allah terjadi. Jadwal wawancara jam 10 pagi. Karena waktu tempuh yang lumayan, aku berangkat dari rumah jam 7.30. Jelas sesampai di kota tujuan waktu untuk tiba di kantor masih longgar sekali. Setelah menyelesaikan urusan kekurangan pritilan berkas yang harus dibawa, aku mampir ke satu masjid favorit jaman kuliah. Masih jam 9 kurang sekian menit ketika setelah mengambil air wudhu aku masuk ke pintu jamaah putri. Ada sekitar 3 orang perempuan di dalam. Salah satunya ada di dekat tempatku sholat, sedang melantunkan ayat suci. Ketika selesai ritual dhuha, aku mundur menyenderkan bahu ke tembok belakang. Sambil membenarkan posisi kerudung, mbak-mbak yang baru saja selesai ngaji itu menyapaku, "Kerja dimana mba?".