Langsung ke konten utama

tapak jejak kelas menulis


Ini semua alas kaki para pegiat menulis sekitar belasan hari lalu di sebuah Perpustakaan di sebuah desa bernama Merden. Sungguh kelas bebas yang memuaskan. Selain gratis #ehem kita dapet buanyaak banget ilmu, pengalaman, pencerahan dan teman baru pastinya. Dua mentor yang menyerukan tentang pesantren menulis ini juga tak kalah seru untuk membuat kami terkesima seketika.



Aku kangen saat-saat itu. Saat diberi tekanan untuk menulis serius. Saat diberi pembahasan serius pula. Tapi itu semua kami lakukan seperti dengan menganut 'why so serious?'. Kami sangatlah have fun tanpa merasa dibebankan oleh arahan-arahan Mas Budhi dan Mas Antok, mentor  kami saat itu. Finally, blog inilah salah satu hasil dari dua hari aku berkecimpung bareng orang-orang hebat yang punya alas-alas kaki yang ada di dalam foto itu :)

Sesederhana itu buat kami ingin tetap menatap layar datar ini untuk sekedar 'curhat' lewat tuts keyboard laptop lantas di publish ke media yang lebih senang aku sebut 'diary modern' ini. Sebenarnya sebelum dan sesudah mengikuti kelas aku masih saja susah mencintai penuh untuk menulis 'serius'. Katakanlah news, pembahasan eksternal, dan sebagainya, dan sebagainya. Tapi dari kelas itu pun aku menemukan kepercayaan diriku kembali saat Mas Antok ngendika,"Semua tulisan jelek itu bagus". Entahlah. Aku yakin semua orang yang mendengar kalimat barusan akan menyimpulkan berbagai definisi yang berbeda-beda. Tapi tanpa disadari itulah yang membuatku percaya diri. Satu lagi darinya, mau dibaca atau engga tulisan kita, yang penting tetaplah menulis. :)

Sampai saat ini, walau sebenarnya masih saja aku belum bisa berhasil sepenuhnya untuk menulis 'serius', setidaknya amanat para mentor untuk tetap menghidupkan blog ini masih terus kujalani. Semoga tak kunjung layu seiring berjalannya waktuku menjejaki bangku kuliah yang hanya tinggal menghitung hari lagi. Semoga pula masih ada lagi kelas-kelas seperti ini di kemudian hari. Sampai jumpa lagi ;) (@aramintaaa)

Komentar

  1. terus menulislah terus .. kok aku ra disebut ya .. wekekeke (mung kidding :P)

    BalasHapus
    Balasan
    1. siyaaap ;) eh ini emang siapa ini adminnya shakti krops? mhihihi

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Mahasiswa Sehat dari Masyarakat

Mahasiswa bukan hanya kata ‘maha’ di depan kata ‘siswa’. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan rakyat biasa, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Karena kedudukannya, mahasiswa sendiri menjadi memiliki banyak peran dalam kehidupan bermasyarakat, tidak terlepas dari bidang mereka masing-masing.

Navigasi

Senin yang ceritanya long weekend kemarin, aku dan bapake bertandang ke suatu tempat untuk tujuan tertentu. Ceritanya dapet kontak orang yang mau dituju di instagram nih. Yaudah aku hubungi lah dia. Setelah menceritakan maksud dan tujuan aku ingin berkunjung, si mbak yang menerima respon kontak memberikan infomasi arah ke alamat tujuan. Ceritanya di bio instagram dia udah ada info lokasi. Tapi cuma nama kecamatannya doang. Kutanya, sebelah mananya ya mba? Beliau bilang, "kalau dari arah kota perempatan pasar belok kiri, mba. nanti ketemu pertigaan, belok kiri lagi. Lurus aja terus nanti mentok nah itu rumahnya pas mentok jalan. Namanya mas ini" Oke, kita ikuti..

Ngeluh sama kerjaan?

Saat itu di suatu pagi dimana aku dapet panggilan wawancara di salah satu kantor cabang BUMN di kota perantauan waktu kuliah, banyak hal yang aku yakini itu skenario epic dari Allah terjadi. Jadwal wawancara jam 10 pagi. Karena waktu tempuh yang lumayan, aku berangkat dari rumah jam 7.30. Jelas sesampai di kota tujuan waktu untuk tiba di kantor masih longgar sekali. Setelah menyelesaikan urusan kekurangan pritilan berkas yang harus dibawa, aku mampir ke satu masjid favorit jaman kuliah. Masih jam 9 kurang sekian menit ketika setelah mengambil air wudhu aku masuk ke pintu jamaah putri. Ada sekitar 3 orang perempuan di dalam. Salah satunya ada di dekat tempatku sholat, sedang melantunkan ayat suci. Ketika selesai ritual dhuha, aku mundur menyenderkan bahu ke tembok belakang. Sambil membenarkan posisi kerudung, mbak-mbak yang baru saja selesai ngaji itu menyapaku, "Kerja dimana mba?".